Artikel : Ajeng Aprianingsih, Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji
Perempuan nelayan pencari gonggong di desa Busung, Kabupaten Bintan, telah menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat setempat. Mereka telah menjadi pionir dalam mengatasi stigma yang biasanya dihadapi oleh masyarakat, baik dalam hubungan dengan keluarga maupun dengan masyarakat luar.
Dilansir dari Tribunnewswiki.com, Gonggong adalah sejenis moluska laut yang menjadi komoditas utama di Desa Busung. Tradisi mencari gonggong telah dilakukan oleh para nelayan desa ini selama berabad-abad. Namun, pekerjaan ini sebelumnya hanya dilakukan oleh para nelayan laki-laki, sementara perempuan dianggap hanya mampu melakukan pekerjaan rumah tangga.
Namun, semuanya berubah ketika sekelompok perempuan di Desa Busung memutuskan untuk mencoba mencari gonggong. Mereka ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa berpartisipasi dalam mencari nafkah dan berkontribusi terhadap perekonomian keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati Putri, Erika, dan Rahmawati Nanik di Universitas Maritim Raja Ali Haji menunjukkan bahwa perempuan nelayan di Desa Busung mengalami stigma karena peran gendernya yang tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat.
Namun, mereka mengalahkan stigma tersebut dengan berperan sebagai pemimpin dan aktif dalam mengembangkan kembali ekosistem siput gonggong yang ditinggalkan.
Perempuan nelayan pencari gonggong di desa Busung telah menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat lainnya. Mereka telah menunjukkan bahwa kekuatan dan semangat yang ada dalam kehidupan nelayan pencari gonggong dapat digunakan untuk mengatasi stigma yang dihadapi.
Hal ini menjadi contoh bagi masyarakat lainnya bahwa stigma dapat dibantu dan mengalami perubahan.
Stigma perempuan dalam konstruksi patriarki masih melekat pada perempuan karena masih adanya nilai patriarki yang tertanam dalam konstruksi sosial masyarakat.
Perempuan dianggap tidak dapat memiliki peran yang besar dalam masyarakat, tidak layak untuk mendapatkan pendidikan tinggi, tidak dapat menjadi pemimpin negara, hanya menduduki strata kedua yang berada di bawah kendali laki-laki. Kartini Masa Kini : Mendobrak Stigma Perempuan Sebagai Strata Kedua Di Bumi Pertiwi (2022, April 20)
Perempuan di desa Busung mencari gonggong dapat digunakan untuk mengatasi stigma perempuan sebagai strata kedua di masyarakat. Mereka menunjukkan bahwa perempuan dapat memiliki peran yang besar dalam masyarakat, tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai pengusaha, pemimpin, dan lain sebagainya.
Alternatif lain selain mencari gonggong adalah untuk mengembangkan usaha lain yang dapat memberikan kesempatan dan kebebasan bagi perempuan. Misalnya, perempuan dapat mengembangkan usaha kuliner, Kerajinan Tangan, atau bisnis online.
Untuk mengubah stigma perempuan, perlu dilakukan perubahan dalam konstruksi sosial masyarakat.
Perlu ada pemilihan poster yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, yang memiliki “daya tangkap” atau stopping power yang kuat. Rahman, H (2023) Perlu juga adanya pendidikan dan pengembangan yang mempromosikan kesetaraan gender di semua bidang. Kartini Masa Kini : Mendobrak Stigma Perempuan Sebagai Strata Kedua Di Bumi Pertiwi (2022, April 20).
Kesetaraan tidak akan pernah bisa tercapai jika kita terus memberikan stereotip berdasarkan gender. Greatmin (2023) Kita harus mengubah pola pikir dan tidak terpaku pada stereotip dan penilaian berdasarkan gender.
Kita harus mengubah stigma perempuan sebagai strata kedua di masyarakat, dan menjadi lebih terpantas dalam mencapai kesetaraan gender.
Perempuan nelayan di Desa Busung juga aktif dalam berbagai aktivitas perkumpulan sosial dan politik, seperti solidaritas pedagang kaki lima, mendorong pengembangan kemasyarakatan, dan mendorong kemajuan di kabupaten Bintan.
Para perempuan nelayan pencari gonggong di desa Busung telah menunjukkan bahwa dengan kekuatan bersama, mereka dapat mengatasi stigma gander dan mengubah kondisi hidup mereka. Masyarakat lokal dan kabupaten Bintan harus terus mendukung dan membantu para perempuan nelayan pencari gonggong agar mereka dapat tetap berusaha dan membangun lembaga yang membantu mereka.